29 Apr
Perpustakaan Johannes Oentoro di Universitas Pelita Harapan

Saat berkunjung ke perpustakaan Johanes Oentoro, saya sangat terkesan dengan betapa bersih dan rapi perpustakaannya. Sebagian kecil dari saya menginginkan untuk menghabiskan waktu di perpustakaan tersebut, tetapi sayangnya, kita tidak memiliki cukup waktu. Kemudian, kita berkumpul di sebuah ruang kaca dan mengambil sebuah kursi untuk diduduki.

            The first time I entered the library, I was amazed by the cleanliness of the library. A small part of me wanted to spend some time here, maybe to read and sit down to relax. Sadly, we didn’t have the time. We were then lead to a glass room.


Pada ruang kaca, kita ditemui oleh sebuah guru. Guru itu memperkenalkan dirinya sebagai Pak Dhama dan menjelaskan bahwa ia bekerja di perpustakaan ini. Tujuan kita bertemu dengan guru ini adalah agar kita bisa diajari tentang plagiarisme. Ia mengajari tentang jenis-jenis plagiarisme, cara mengumpul informasi secara benar, serta bagaimana memberi kutipan dengan benar saat mengambil informasi dari sumber lain. Selagi penjelasannya berlangsung saya tidak terlalu fokus jadi saya tidak menangkap beberapa detail, tetapi saya masih bisa mengikuti pembelajarannya.

            In the glass room, me met a teacher. He introduced himself to be Mr. Dhama and that he works for the library. We were introduced to him that day so he could teach us. He taught us about a lot of things. Firstly, he explained about the library. Secondly, he taught us about plagiarism. He then teaches about how to find information on the internet and which sites should be used and trusted, while telling us that the information must be accurate, valid, and relevant. Lastly, we were taught about citations so we could credit the sites we use in the future. During his teachings, I wasn’t feeling too enthusiastic so I couldn’t catch everything he said. He ended his lesson with a quiz, whoever gets a question right will get a tote bag and a mug. Even though I told my friend that I don’t care who gets it, I went ahead I got a question right. So that’s a good way to end the lesson.


Dari jenis-jenis plagiarisme yang Pak Dhama ajari, yang paling menarik adalah self-plagiarism. Ia menyampaikan contohnya yang berupa menggunakan satu tugas/artikel yang telah kamu buat untuk dua proyek/tugas yang berbeda. Alasan di balik kesalahan ini adalah bahwa kamu bagaikan tidak bekerja dan bersifat plagiat terhadap dirimu yang dari masa lalu. Ini benar sekali menunjukkan bahwa plagiarisme datang dalam banyak bentuk.

            From Mr. Dhama’s lesson, what strikes me as most interesting is self-plagiarism. He said that if you have a project and made an article but then use the same article in the future for a different project, it is just like plagiarizing from your past self. This really showed that plagiarism comes in all shapes and forms.


Di lingkungan UPH, Johanes Eontoro berperan untuk memberi informasi dengan bentuk perpustakaannya. Perpustakaan ini terbuka kepada komunitas UPH pada jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Di sini, kita bisa meminjam buku sebanyak 5 jumlah selama 2 minggu, akan tetapi, denda keterlambatan adalah Rp 1 000 per jam setelah waktu keterlambatan.

            In the UPH community, Johanes Oentoro has a role to share information in the form of a library and the books it contains. The library is open to the public community from 7.00 in the morning to 21.00 at night. Here, you can borrow up to five books for a maximum time limit of two weeks, but if you have are late to return the books, you’ll have to pay a fee of 1000 IDR per hour after you’re late. So, better a little late rather than never returning these books.


Dari kunjungan ini, saya mulai melihat perpustakaan sebagai peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan kita memiliki sebuah peran untuk mempergunakan fasilitas perpustakaan tersebut, dan untuk melakukan itu, kita sebaiknya meluangkan waktu untuk pergi ke perpustakaan.

From this visit, I started seeing libraries as an opportunity to gain knowledge, and we have a role to use said facility, just like Mr. Oentoro had the role to give the community information.


Pada pembelajaran sang guru di perpustakaan James Oentoro, kita diajari bagaimana memberi referensi yang benar, setelah kita diajari tentang plagiarisme. Cara memberi referensi yang khusus untuk artikel pada situs web adalah dengan meletakkan pada urutan ini :

Judul, Nama Penulis, Penerbit, Tahun Terbit, Halaman 


            In Mr. Dhama’s lesson, we were taught that if we wanted to credit someone’s work, we have to do it correctly. So, whenever we want to create a reference for an article on the internet, we have to detail the article’s information in this order:

Title, Writer(s), Publisher, The year it’s published, Page 

Setelah kunjungan ini, saya bisa lebih memahami tema fieldrip kita yaitu Go Discovering dan God is covering yaitu :

After this visit, I further understand the theme of this field trip, which are :


1.  Go Discovering

Saya ditekankan bahwa dalam pencarian kita untuk pengetahuan lebih, perpustakaan adalah sebuah fasilitias yang masih berguna bahkan dengan perubahannya zaman yang lebih menyender ke internet. 

I was reminded that in my quest for knowledge as a student, I haven’t been using the facilities a have access to enough. The library is still a viable place to further your studies even with the ever-changing times and technology.


2. GOD is Covering

Saya mempelajari bahwa Tuhan melindungi kita dengan senjata terkuat, yaitu pengetahuan, dan karena pengetahuan adalah sebuah senjata, kita harus menggunakannya dengan benar.

I learned that God has protected humanity through knowledge. With knowledge, humanity has taken so many steps forward, even now.


Jadi, saya mengambil kesimpulan bahwa kita harus bersifat profesional kapan pun pengetahuan dilibatkan. Baik ini berupa mengambil informasi yang Akurat, Valid, dan Relevan, atau bagaimana kita memberi kutipan untuk menghormati sumber informasi, dan sampai memastikan bahwa sumber tersebut bisa dipercayai. Semua ini karena perkembangannya teknologi yang pesat. Pada internet, akan terjadinya pemalsuan informasi, jadi kita harus berwaspada. Jika kita ingin informasi yang valid, perpustakaan akan selalu terbuka untuk menjadi fasilitas untuk pencarian kita.

So, I draw a conclusion that whenever knowledge is involved, we need to be professional with it. May it be drawing information from sites on the internet, or how we write references to credit other people’s works, and even making sure the sites used are valid and trustworthy.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.
I BUILT MY SITE FOR FREE USING